01 May 2007

Setelah 5 tahun Penyiksaan, Bisher Perlahan Tapi Pasti Menuju Kegilaan

G Brent Mickum
Tuesday, 09 January 2007

Tuduhan tak berdasar telah menyebabkan klien saya dipenjara di Guantanamo dan Inggris pun membiarkannya.

Dua hari ke depan menandai bertemunya dua peringatan yang memalukan. Pertama, lima tahun dibukanya penjara Guantanamo oleh Amerika di Kuba. Lima tahun, sejak Amerika pertama kali memasukkan para tahanan dari seluruh dunia ke tempat itu. Namun, 99% dari para tahanan tersebut tidak pernah diberi kesempatan menghadap pengadilan. Sekitar 400 tahanan—mereka yang dijuluki Bush sebagai "terburuk dari yang terburuk"—telah dibebaskan tanpa tuntutan. Kebanyakan dari mereka langsung dikembalikan ke keluarganya. Tetapi, bebasnya mereka semata-mata karena marahnya anggota dunia beradab atas penahan tak berdasar mereka.

Kamis ini adalah tahun kelima klien saya berada di dalam penjara. Bisher al-Rawi dan Jamil el-Banna, keduanya merupakan penduduk Inggris. Mereka dipenjara karena intelijen Inggris mengirim pesan ke CIA dan menyebut keduanya pernah melakukan perjalanan ke Gambia. Pihak intelijen menyebut mereka teroris Islam. Kami mengetahui hal ini karena dalam catatan peradilan tahun lalu, pemerintah Inggris menunjukkan salinan telegram yang dikirim MI5 ke CIA. Walaupun telegram itu tidak mencantumkan nama penerimanya, tapi kami berhasil mengetahuinya dari salinan hakim yang tidak didokumentasikan. Dalam telegram tersebut, MI5 telah menyebarkan sejumlah informasi palsu yang menyebabkan kedua klien saya ditahan.

Bisher dan Jamil tetap ditahan karena hingga Maret tahun lalu pemerintah Inggris masih menolak mengeluarkan permohonan pembebasan mereka. Walaupun kemudian Menlu mengeluarkan permohonan pembebasan Bisher, apa yang dilakukannya tidak lebih hanya usaha untuk menyenangkan hati publik Inggris. Inggris walau bagaimanapun tetap menolak mengeluarkan permohonan pembebasan bagi Jamil dan ketujuh warga Inggris lainnya. Dan sebagaimana yang sudah-sudah, tidak akan ada tuntutan. Sepanjang catatan saya, tidak ada satu buktipun yang dapat mereka gunakan untuk menggelar bahkan satu peradilanpun. Lagipula, perlakuan buruk yang didapat Bisher dan Jamil sudah sedemikian parahnya, sehingga Bush tentu saja tidak akan pernah membiarkan perlakuan yang menimpa mereka diketahui oleh masyarakat dunia. Dan Inggris pun tentu tidak akan sudi borok mereka ikut terbongkar.

Bisher dan Jamil mendapat berbagai macam penyiksaan fisik selama lima tahun masa penahanan mereka. Keduanya mendapat pukulan yang tak terhitung lagi jumlahnya, ditempatkan di ruangan yang membuat orang gila, temperatur yang ekstrim, nyaris tidak dapat tidur, penyiksaan yang dapat membawa pada kematian, ancaman kepada pihak keluarga, dan dibeberaoa kesempatan dibiarkan kelaparan dan kehausan. Bisher kini menderita patah tulang rusuk—dan mungkin kaki—karena pemukulan yang diterimanya. Ironisnya, keduanya tidak mendapat perawatan—walaupun Bisher telah meminta perawatan medis.

Adalah hal yang menyakitkan hati bahwa di awal tahun kelimanya di penjara, pria yang dulunya sehat dan aktif kini terbaring tak berdaya. Dia kini tidak lagi dapat menerima penyiksaan paling keji yang dilakukan militer Amerika: isolasi yang berkepanjangan ditambah kondisi ruangan yang membuat orang gila seperti pengaturan temperatur yang ekstrem dan kurangnya tidur.

Bisher secara perlahan tapi pasti berubah menjadi gila. Para pejabat Inggris telah lama mengetahui perlakuan yang diterima Bisher. Sepanjang pengetahuan saya, tidak satu langkah pun yang diambil pemerintah untuk menghentikan penyiksaan yang diterimanya. Hingga bulan Maret pihak pemerintah tetap menolak campur tangan atas perlakuan yang diterima warga Inggris yang ditahan di Guantanamo.

Perubahan secara mendadak terjadi ketika pemerintah meminta Bisher. Tetapi permohonan tersebut diajukan bukan karena alasan kemanusiaan, melainkan karena pemerintah menyebut Bisher pernah bekerja di MI5. Malang bagi Bisher, pengakuan—yang lama tertunda—ini tidak dihiraukan oleh Amerika. Dia tetap berada dalam ruangan isolasi selama lebih dari sembilan bulan. Dan tebak, tanpa cahaya sedikitpun.

Dunia Bisher kini adalah sebuah sel berukuran 6 kaki kali 8 kaki di Kam 5. Di Kam tersebutlah para tahanan yang “tidak mau bekerjasama” diisolasi. Setelah sekian lama, para sipir tidak menginterogasi Bisher lagi. Walaupun para pejabat Guantanamo secara resmi mengumumkan bahwa para tahanan tidak dibutuhkan lagi dalam proses interogasi, Bisher masih dimasukkan dalam kategori “tidak mau bekerjasama” dan karenanya masih menerima penyiksaan setiap harinya.

Selama dalam ruang isolasi—selain mendapat perlakuan suhu ekstrem—Bisher juga diberi perlakuan yang membuat panca indera menjadi amat sangat tersiksa. Selnya seringkali dibiarkan bersuhu rendah karena AC di tempat tersebut diatur pada suhu terendah. Terkadang, penjaganya mengambil paksa baju dan selimut yang dikenakannya sehingga Bisher hanya bertahan dari udara dingin dengan selembar celana pendek. Sekali waktu, selama seminggu Bisher kurang tidur karena badannya terus-menerus menggigil kedinginan. Suatu ketika, saat Bisher mencoba menghangatkan diri dengan menyelimuti dirinya dengan sajadah—satu diantara sedikit benda "hangat" yang diperbolehkan baginya—para penjaga mengambil sajadah tersebut karena dianggap “penyalahgunaan” benda.

Tidak pernah makan malam tiba kurang dari pukul 21.30. Dan terkadang bahkan pukul 24.00. Dan tebak, makanan selalu saja dalam keadaan sudah dingin. Tahanan hanya boleh berganti pakaian pada tengah malam. Dan “pakaian” yang diberi kepada mereka hanyalah selembar kain katun yang sangat tipis. Para tahanan dibuat tidak dapat tidur hingga waktu menunjuk pukul 01.00. Dengan waktu tidur yang singkat, mereka diharuskan bangun pukul 05.00 dimana mereka diharuskan menyerahkan kembali “pakaian” yang mereka kenakan malam sebelumnya. Semua dokumen resmi dan foto-foto keluarga yang dimiliki Bisher disita pada akhir Juni dan semenjak itu tidak pernah dikembalikan lagi.

Apa yang pemerintah dan rakyat Inggris harus ketahui adalah bahwa penyiksaan yang diterima Bisher hanya bertujuan satu: membuat seseorang kehilangan kesadaran dan pada akhirnya, nalar. Setiap pengaturan lingkungan penjara Bisher diatur dan dimanipulasi untuk secara konstan menciptakan ketidakstabilan mental. Kerusakan fisik Bisher bukanlah sesuatu hal yang tidak tak dikehendaki. Isolasi dan merampas panca indera seseorang tidak akan meninggalkan bekas luka ditubuhnya. Tetapi, Anda hanya akan membuat pikirannya hancur.

Saya telah beberapa kali menyampaikan keprihatinan atas perlakuan yang menimpa Bisher dan Jamil ke Kedubes Inggris di Washington. Seringkali saya turut menyertakan pernyataan terperinci—di bawah sumpah—tentang kondisi kejiwaan Bisher yang parah dan perlakuan mengerikan yang diterimanya. Walaupun pihak Kedubes meyakinkan saya bahwa mereka tengah membuat kemajuan yang berarti, namun segala sesuatunya masih saja tidak dapat pasti. Para pejabat Kedubes mengatakan kepada saya untuk menunggu setidaknya empat bulan lagi. Namun, jika Bisher berada di tempat itu selama empat bulan—dan perlakuan yang diterimanya masih sama seperti saya yang sebutkan sebelumnya—saya tidak yakin pria yang sehat, segar, kuat, dan humoris yang saya temui pada September 2004 akan dapat bertahan apalagi masih dalam keadaan yang sama. Sangat mungkin Bisher akan menjadi gila permanen. Dan jika itu terjadi, pemerintah Inggris-lah yang harus bertanggung jawab.

Sepanjang pengetahuan kami, sekitar seratus tahanan telah terbunuh dalam penjara Amerika. 33 diantaranya oleh para pejabat disebut sebagai kasus bunuh diri. Hanya perang dunia kedua sajalah—dimana Amerika banyak menahan warga Amerika keturunan Jepang—yang dapat menandingi angka sebesar itu.

Jika dunia masih ingin melanjutkan perang melawan teror, hendaknya moral tidak menjadi sesuatu hal yang dikorbankan. Telah begitu lama waktu yang berlalu bagi pemerintah Inggris untuk mengeluarkan permohonan bagi pembebasan segera Bisher dan Jamil. Paradigma penderitaan mereka yang tak berdosa—yang akan terus-menerus menghantui pandangan politik dan moral—selalu mengingatkan kita bahwa takdir mereka yang haus perang dan mereka yang menginginkan perdamaian saling bertautan satu dengan yang lainnya.

Untuk menekankan kembali nilai moral dari perang ini, pemerintah hendaknya tidak melupakan para korban tak berdosa yang ditimbulkannya. Korban perlakuan Amerika sudah terlalu banyak sehingga sulit untuk dapat dihitung. Dan Inggris, ada Bisher al-Rawi dan Jamil el-Banna. [Fauzi]

---

George Brent Mickum adalah seorang pengacara Amerika yang membela Jamil el-Banna dan Bisher al-Rawi. Keduanya merupakan penduduk Inggris yang ditahan di Penjara Guantánamo. Versi panjang artikel ini dapat dilihat di situs: commentisfree.co.uk/brent_mickum.

sumber: suara-islam.com

No comments: